KH. Luqman Al-Hakim Beberkan Keistimewaan Nabi Muhammad SAW dalam Ngaji Hasyiyah al-Tarmasi
MA’HADALYALTARMASI, PACITAN – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Pondok Tremas tahun ini menghadirkan momen penuh hikmah. Ribuan santri, alumni, dan masyarakat mengikuti pengajian kitab Ḥāsyiyah al-Tarmasī yang dipimpin KH. Luqman Al Hakim Harits Dimyathi.
Dalam kesempatan itu, Kiai Luqman mengulas penjelasan Syekh Mahfudz Al-Tarmasi, ulama besar kelahiran Tremas Pacitan yang menjadi rujukan dunia.
Riwayat Isra’ Mi’raj dalam Hasyiyah
Kiai Luqman membacakan kutipan dari Ḥāsyiyah al-Tarmasī Juz 3 halaman 83. Dalam penjelasan itu, Syekh Mahfudz menuliskan kisah Isra’ Mi’raj yang menegaskan keistimewaan Rasulullah SAW.
قوله : ( أشهد أن لا إله إلا الله ، وأشهد أن محمداً رسول الله ) ورد أن النبي صلى الله عليه وسلم ليلة الإسراء لما جاوز سدرة المنتهى.. غشيته سحابة من نور فيها من الأنوار ما شاء الله، فوقف جبريل ولم يسر معه ، فقال له النبي صلى الله عليه وسلم : أتتركني أسير منفرداً ؟! ، فقال جبريل : وما منا إلا له مقام معلوم ، فقال : سر معي ولو خطوة ، فسار معه فكاد أن يحترق من النور والجلال والهيبة ، وصغر وذاب حتى صار قدر العصفور ، فأشار على النبي صلى الله عليه وسلم بالسلام : أي : بأن يسلم على ربه إذا وصل مكان الخطاب.
KH. Luqman kemudian menjelaskan bahwa pada saat itu, Nabi Muhammad SAW terus melangkah menembus Sidratul Muntaha, sementara malaikat Jibril berhenti karena tidak mampu melanjutkan.
“Bayangkan, malaikat yang begitu agung tidak sanggup menahan cahaya, sementara Rasulullah tetap melangkah. Ini bukti bahwa beliau memang diundang langsung oleh Allah,” tutur KH. Luqman.
Salam Agung antara Allah dan RasulullahSetelah tiba di maqam tertinggi, Nabi Muhammad SAW mengucapkan kalimat penghormatan:
التحيات المباركات الصلوات الطيبات لله
“Segala penghormatan, keberkahan, doa, dan kebaikan hanyalah bagi Allah.”
Allah membalas dengan kalimat penuh kasih sayang:
السلام عليك أيها النبي ورحمة الله وبركاته
“Salam sejahtera atasmu, wahai Nabi, beserta rahmat dan berkah-Ku.”
KH. Luqman menekankan, Rasulullah tidak berhenti di situ. Beliau melibatkan umatnya dengan menjawab:
السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين
“Salam sejahtera semoga tercurah atas kami dan atas hamba-hamba Allah yang saleh.
”Seketika itu, seluruh makhluk di langit bersaksi dengan syahadat:
أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمداً رسول الله.
Nabi Muhammad sebagai مراد ومطلوبDalam penjelasan Syekh Mahfudz yang dibacakan KH. Luqman, ditegaskan perbedaan besar antara Rasulullah dengan makhluk lain. Nabi Muhammad adalah مراد ومطلوب (yang dikehendaki dan diundang Allah), sedangkan Jibril maupun Nabi Musa hanya مريد وطالب (yang mencari dan meminta).
هذا ؛ وإنما لم يحصل للنبي صلى الله عليه وسلم مثل ما حصل لجبريل من المشقة وعدم الطاقة ؛ لأن النبي صلى الله عليه وسلم مراد ومطلوب، فأعطاه الله قوة واستعداداً لتحمل هذا المقام ، بخلاف سائر المخلوقات ؛ لم يطق أحد منهم هذا المقام ، ولذلك : لما تجلى الله على الجبل .. اندك وغار في الأرض ، وخر موسى صعقاً من الجلال ؛ لأن موسى مريد وطالب ، ومحمداً مراد ومطلوب ، وفرق كبير بين المقامين.
KH. Luqman menjelaskan, Nabi Musa AS memohon untuk melihat Allah, tetapi tidak sanggup. Saat Allah menampakkan diri pada gunung, gunung itu hancur dan Musa jatuh tak sadarkan diri. Berbeda dengan Nabi Muhammad SAW yang diberi kekuatan langsung oleh Allah untuk menerima maqam tertinggi.
Cinta Rasulullah kepada Umatnya
KH. Luqman menegaskan, Rasulullah menunjukkan cinta luar biasa kepada umatnya.
“Inilah bukti cinta yang luar biasa. Rasulullah tidak melupakan kita. Ketika beliau mendapat salam dari Allah, beliau langsung melibatkan kita semua dengan kalimat: السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين,” ungkapnya.
Ia menambahkan, peringatan Maulid seharusnya menjadi momentum untuk memperbarui janji mengikuti sunnah Nabi, memperbanyak shalawat, menjaga akhlak, serta meneladani kasih sayang Rasulullah.
“Pertanyaannya, apakah kita sudah membalas cinta itu? Rasulullah sudah membawa kita dalam percakapan suci di langit, maka jangan sampai kita khianati dengan kelalaian,” pungkasnya. (*)
Penulis: Zanuar Mubin
Editor: Yusuf Arifai