32 Mahasantri Ma’had Aly Al-Tarmasi Pacitan Raih Predikat Mumtaz di Yudisium Marhalah Ula

MA’HADALYAL-TARMASI, PACITAN –Jumat (12/9/2025) malam di Ndalem Paguron Soko Papat, PIP Tremas, Arjosari, suasana begitu khidmat. Para mahasantri bersarung rapi, berjas, mengenakan kopiah, wajah-wajah muda itu duduk berjejer menanti giliran dipanggil. Malam itu, Ma’had Aly Al-Tarmasi Pacitan menggelar Yudisium Marhalah Ula (M-1) Angkatan VI.

Sebanyak 68 mahasantri dinyatakan lulus tahun akademik 1447 H/2025 M. Dari jumlah itu, 49 meraih gelar Sarjana Agama (S.Ag) dan 19 lainnya Sarjana Fikih wa Ushul Fiqih (S.F.U).

Tak sekadar formalitas, prosesi ini dipimpin langsung Mudir Ma’had Aly Al-Tarmasi, KH Luqman Al-Hakim Harits Dimyathi. Sementara SK Yudisium dibacakan Naib Mudir I, KH Abdillah Nawawi, Lc.

Satu per satu nama dipanggil. IPK dan predikat diumumkan. Ada rasa bangga yang menular, terutama ketika 32 mahasantri disebut berhasil meraih predikat Mumtaz—istimewa dengan IPK di atas 3,50. Tepuk tangan riuh mengiringi.

Di hadapan para lulusan, KH Luqman menyelipkan pesan lewat kisah hikmah. Tentang seorang alim yang hampir celaka ketika pohon tumbang di tengah padang pasir. Ia terselamatkan sosok berjubah. Namun ternyata, penolong itu syaithan.

Mengapa syaithan menolong? Jawabnya, “Karena setiap hari engkau berdoa agar dijauhkan dariku. Aku tak ingin engkau mati dalam keadaan husnul khotimah.”

Kisah ini menjadi penekanan. Syaithan tak hanya licik, tapi juga cerdas. “Benteng utama menghadapi godaan bukan sekadar ibadah, tapi ilmu yang diamalkan,” tegas KH Luqman.

Ia mengingatkan ritual lempar jumrah saat ibadah Haji juga diartikan sebagai wujud simbol perlawanan. “Tapi ritual saja tak cukup. Harus ada ilmu dan kesadaran yang menyertai,” tegasnya.

Pesan untuk Lulusan

Para mahasantri diminta terus menjaga tradisi ngaji. Mulai dari oprak ngaji (juz’an min juz’in) hingga penguatan ilmu dalam kehidupan sehari-hari. “Jangan remehkan ngaji. Ilmu yang tidak diamalkan tidak akan mujarab,” pesannya.

Lebih lanjut, KH Luqman juga menyinggung kisah Sayyidina Ali yang membacakan Al-Fatihah untuk orang sakit. Kesembuhan datang karena keyakinan, bukan sekadar bacaan. “Hikmahnya, jangan pernah meremehkan ilmu. Keyakinan adalah kunci,” katanya.

Menuju Puncak Marhalah Ula

Yudisium malam itu bukan sekadar acara pembacaan SK kelulusan. Lebih dari itu, ini menjadi penegasan komitmen Ma’had Aly Al-Tarmasi Pacitan sebagai kawah candradimuka kader ulama.

Lulusan tak hanya mengantongi ijazah, tapi juga dibekali akhlak, tradisi ngaji, dan kesiapan menghadapi tantangan zaman.

“Teruslah berdoa, barengi dengan ilmu, meski syaithan tak kalah gencar,” pesan KH Luqman menutup sambutannya. (*)

Penulis: Dewi Imala
Editor : Yusuf Arifai

Leave a Comment