Saat Mahasantri Deg-Degan Menunggu Undian Maqra’ Munaqosyah Ma’had Aly Al-Tarmasi
MA’HADALY-ATTARMASI.AC.ID, PACITAN – Sabtu (15/11/2025), suasana Ma’had Aly Al-Tarmasi Pacitan mendadak mirip ruang tunggu dokter gigi.
Bedanya, yang diperiksa bukan gigi, tapi kemampuan baca kitab. Sebanyak 50 mahasantri semester akhir duduk rapi, sebagian memasang wajah pasrah, sebagian lagi sok tenang padahal tangan dingin.
Mereka bersiap mengikuti munaqosyah takhasus, ujian komprehensif yang menentukan nasib akademik sekaligus kadar deg-degan masing-masing.
Pertama-tama mengambil undian maqra’. Iya, nasib bacaan hari itu ditentukan secarik kertas kecil yang diambil dari tangan sekretaris sidang. Mau dapat maqra’ mudah atau yang bikin pusing tujuh turunan, semua terserah takdir.
Sebelum maju, tiap peserta wajib menyetorkan kitab ngaji masyayikh yang sudah diberi makna pegon lengkap. Makna harus penuh, tidak boleh bolong-bolong. Pokoknya, kalau ada halaman yang masih polos, siap-siap ditatap dengan sorot “ini serius belajar atau tidak?”

Materi ujiannya tak main-main. Ada Minhajul Qowim dan Fathul Mu’in. Dua kitab yang kalau dibaca sambil lapar bisa bikin semakin lapar.
Pengujian fokus pada penguasaan materi, pemahaman isi, dan tentu saja akurasi bacaan sesuai kaidah nahwu–sharaf.
Salah harakat sedikit, bisa langsung ditegur. Salah paham isi kitab, ya… semoga Anda tidak sedang berharap nilai bagus.

Dewan penguji ada Naib Mudir KH Abdillah Nawawi, Rais Syuriah PCNU Pacitan KH Ibnu Salam, dibantu para muhadir seperti Dr Eko Wahid B dan Muhammad Farhi Asna.
Itulah nama-nama yang kalau sudah menatap peserta, rasanya seperti kitab di tangan ikut menatap juga.
Meski begitu, suasana bukan hanya tegang. Ada beberapa tawa kecil, ada lega setelah selesai membaca, dan tentu saja ada muka-muka puas karena akhirnya lolos dari kubangan munaqosyah.
Ujian ini memang jadi penentu sebelum menuju gerbang terakhir turun gunung, pulang ke masyarakat, atau kembali tidur panjang setelah berminggu-minggu belajar tanpa henti.
Yang jelas, setiap peserta keluar dari ruangan dengan perasaan gundah-gulana. Ironisnya, hafalan tiba-tiba terasa lebih banyak hilang daripada yang tadi pagi diingat. Namanya juga munaqosyah. (*)
Editor: Yusuf Arifai
