Majelis Masyayikh Minta Reformasi Total Fasilitasi Pesantren
JAKARTA – Majelis Masyayikh (MM) mendesak pemerintah daerah melakukan reformasi total dalam pola fasilitasi pesantren. MM menilai dukungan selama ini terlalu berfokus pada bantuan fisik, padahal amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang Pesantren menekankan pentingnya rekognisi dan afirmasi terhadap pendidikan khas pesantren.
MM menyebut pesantren memiliki peran strategis dalam memperluas akses pendidikan nasional. Catatan mereka menunjukkan, pada tahun ajaran 2021/2022 ada 40,6 persen atau lebih dari 1,4 juta santri yang hanya mengikuti pengajian tanpa layanan pendidikan formal. Pesantren jenis ini banyak menjangkau masyarakat akar rumput yang tidak terlayani sistem pendidikan reguler.
Dari kajian terhadap 68 Peraturan Daerah (Perda) tentang Pesantren, MM menemukan minimnya perhatian pemerintah daerah terhadap pengakuan pendidikan khas pesantren dan penguatan kelembagaannya. Fungsi utama pesantren seperti dakwah dan pemberdayaan masyarakat juga dinilai belum menjadi prioritas dalam regulasi daerah.
Anggota MM, Nyai Hj. Badriyah Fayumi, Lc., M.A., menjelaskan delapan pilar fasilitasi komprehensif yang perlu diadopsi pemerintah daerah. Pilar pertama adalah pemenuhan kebutuhan dasar sarana dan prasarana. Kedua, rekognisi kurikulum dan lulusan pesantren di berbagai sektor. Ketiga, afirmasi kelembagaan, termasuk dukungan pendanaan seperti Dana Abadi Pesantren.
Pilar keempat menekankan kemandirian ekonomi melalui program santripreneur dengan akses modal dan pelatihan. Kelima, penguatan kurikulum diniyah dan kitab kuning tanpa menghilangkan kekhasan pesantren. Pilar keenam dan ketujuh menyentuh penguatan fungsi dakwah moderat serta pemberdayaan masyarakat sekitar pesantren. Pilar kedelapan menyoroti Pesantren Ramah Anak, termasuk pembenahan sistem perlindungan dan penguatan peran Bu Nyai dalam pengasuhan.
MM berharap, dengan kerangka fasilitasi yang menyeluruh, pesantren dapat bertransformasi menjadi lembaga pendidikan unggulan yang berdaya saing dan semakin kokoh sebagai pusat peradaban bangsa. (*)
Penulis: Samsul R
Editor : Yusuf A
