DEMA AMALI Dilantik, Kemenag Dorong Mahasantri Naik Kelas dari Aktivisme ke Intelektualitas
“Pelantikan DEMA AMALI 2025–2026 di Kudus jadi momentum refleksi gerakan mahasantri. Kemenag dorong aktivisme berbasis intelektualitas dan gagasan.”
MAHADALY-ATTARMASI.AC.ID, KUDUS – Pelantikan Dewan Eksekutif Mahasiswa Asosiasi Ma’had Aly Indonesia (DEMA AMALI) masa bakti 2025–2026 menjadi momentum refleksi arah gerakan mahasiswa Ma’had Aly ke depan. Acara yang digelar di Pondok Pesantren Yanbu’ul Qur’an Menawan, Kudus, Jumat (26/12/2025), tak sekadar seremoni, melainkan penegasan ulang peran mahasantri di tengah dinamika pendidikan keulamaan nasional.
Kasubdit Pendidikan Diniyah dan Ma’had Aly (PDMA) Kementerian Agama RI, Dr Mahrus El Mawa, secara tegas mengingatkan agar aktivisme mahasantri tidak berhenti pada rutinitas organisasi. Menurutnya, kekuatan utama mahasantri terletak pada kapasitas intelektual.
“Gerakan tanpa gagasan akan cepat habis. Mahasantri itu identitasnya membaca,” ujarnya.
Ia menilai, organisasi mahasiswa di lingkungan Ma’had Aly harus menjadi ruang produksi ide, bukan sekadar ruang kegiatan. Sebab, Ma’had Aly sejak awal dirancang sebagai kawah kaderisasi ulama, bukan hanya lembaga pendidikan formal.
Dalam forum tersebut, Mahrus juga memaparkan arah kebijakan Kemenag terkait penguatan Ma’had Aly. Salah satunya upaya penyetaraan Ma’had Aly dengan perguruan tinggi lain, tanpa mengikis karakter pesantren yang menjadi ruhnya. Di sisi lain, pemerintah juga tengah mengupayakan peningkatan akses dan kesejahteraan mahasantri melalui beasiswa KIP.
Pelantikan pengurus DEMA AMALI dipimpin langsung oleh Ketua AMALI, Kiai Nur Salikin. Dalam arahannya, ia mengingatkan bahwa organisasi mahasiswa pesantren memiliki karakter khas yang berbeda dengan organisasi kemahasiswaan pada umumnya.
“Organisasi ini dibangun di atas khidmah. Siapa yang berkhidmah, akan dilayani oleh keberkahan,” tuturnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjaga soliditas dan kesadaran bahwa masa kepengurusan adalah ruang belajar yang singkat namun menentukan pembentukan karakter.
Setelah pelantikan, agenda dilanjutkan dengan Musyawarah Kerja Nasional (Muskernas). Forum ini melibatkan Presiden Mahasiswa Ma’had Aly dari berbagai daerah untuk menyampaikan aspirasi dan tantangan yang dihadapi di masing-masing institusi.
Keterlibatan Presma dari daerah dinilai penting agar DEMA AMALI tidak terjebak pada agenda elitis, melainkan tetap berpijak pada kebutuhan riil mahasantri di tingkat basis.
Melalui kepengurusan baru ini, DEMA AMALI diharapkan mampu menjembatani idealisme keilmuan pesantren dengan tuntutan zaman, sekaligus mengawal arah Ma’had Aly agar tetap konsisten pada misi besarnya: mencetak ulama yang berilmu, berakar, dan relevan. (*)
Penulis: Samsul Rozikin
Editor : Yusuf Arifai
