MA’HADALYALTARMASI, PACITAN – Serangkaian kegiatan telah dilaksanakan selama seminggu, kini tiba saatnya puncak peringatan Dies Maulidiyah ke-15, Ma’had Aly Al-Tarmasi, Pacitan, Jawa Timur dengan menggelar syukuran dan pentas seni di halaman kampus, Sabtu (14/1/2023) malam.

Mengawali acara, mahasantri mengikuti tahlil dan sholawat Nabi SAW.

Dalam sambutannya, Mudir Ma’had Aly Al-Tarmasi, KH Luqman Harits Dimyathi mengungkapkan rasa syukur atas berdirinya kampus yang lahir dari rahim pesantren ini selama 15 tahun penuh perjuangan hingga seperti saat sekarang.

“Alhamdulillah, meski banyak liku-likunya, Ma’had Aly Al-Tarmasi sudah cukup berkembang, meski masih banyak kekurangan,” katanya.

Sejarah Singkat Ma’had Aly

Eksistensi perguruan tinggi di Ponpes Tremas ini sudah ada sejak masa kepemimpinan KH. Hamid Dimyathi yang wafat dalam peristiwa Affair Madiun 1948 silam. Santri senior kembali belajar kepada para guru (dosen red.) untuk memperdalam berbagai keilmuan.

Mudir Ma’had Aly Al-Tarmasi sedang menyampaikan sambutan (Foto: Abdul Aziz/ Media MAT)

“Dulu namanya ‘Qismul Nizham’ belum seperti sekarang, setelah peristiwa itu lama vakum, 15 tahun lalu hidup kembali,” terang KH. Luqman di hadapan mahasantri.

Pria yang juga Kornas Gerakan Ayo Mondok itu melanjutkan, mengingat tujuan pendidikan Islam pada umumnya untuk membentuk insan kamil, cita-cita etis dari seluruh rangkaian kegiatan pendidikan tinggi dengan kompleksitasnya, maka Ma’had Aly at-Tarmasi mengembangkan diri pada prinsip-prinsip akademik yang modern dan memiliki visi ke depan.

“Untuk itu penyelenggaraan Ma’had Aly dilakukan secara lebih sistemik tanpa menghilangkan ciri khas dari pondok pesantren,” paparnya.

Lebih lanjut, pihaknya menegaskan, legalitas kampus ala pesantren kini tidak perlu dipertanyakan lagi. Hal itu diperkuat dengan adanya Peraturan Menteri Agama Nomor 32 Tahun 2020. Ma’had ‘Aly. PMA no. 32 tahun 2020 tentang Ma’had ‘Aly, yang mana ditetapkan dalam rangka mengembangkan rumpun ilmu agama Islam dalam bidang penguasaan ilmu agama Islam (tafaqquh fiddin) berbasis kitab kuning dan merawat tradisi akademik pesantren, serta mempersiapkan kader ulama.

“Jangan ragu menuntut ilmu di sini. Karena sudah diakui oleh negara. Semakin tahun harus lebih berkualitas. Kalian merupakan generasi Pondok Tremas,” jelas KH. Luqman Harits.

Selanjutnya, puncak Dies Natalis ditandai dengan pemotongan tumpeng.

Apresiasi Pemkab Pacitan

Sementara itu, Pemkab Pacitan mengapresiasi terhadap terselenggaranya seluruh rangkaian kegiatan, mulai keagamaan, sosial hingga syukuran Dies Maulidiyah ke-15 Ma’had Aly Al-Tarmasi.

Pentas seni mahasantri Ma’had Aly Al-Tarmasi (Foto: Abdul Aziz/ Media MAT)

“Atas nama Pemkab Pacitan, kami berharap lewat kegiatan ini bisa memberikan spirit baru dalam menghasilkan karya, baik akademik maupun seni di kemudian hari,” ucap Asisten I Bupati Pacitan, Masrukin.

Menurutnya, peringatan puncak Dies Natalis dengan pentas seni menjadi salah satu alternatif sebuah lembaga menuju kemajuan yang ditandai dengan peradaban tinggi. Untuk itu, Masrukin mengutip pernyataan cendekiawan muslim Indonesia, Prof Mukti Ali, tentang pentingnya seni dalam kehidupan.

“Dengan ilmu hidup akan lebih mudah. Dengan seni hidup akan lebih indah, dan dengan agama hidup akan lebih terarah dan bermakna,” pungkasnya.

Dalam kesempatan itu, berbagai kreativitas seni sengaja ditampilkan, seperti paduan suara, grup band, musikalisasi puisi dan juga bintang tamu Sketsa Band turut memeriahkan acara puncak peringatan Dies Maulidiyah ke-15, Ma’had Aly Al-Tarmasi Pacitan tahun 2023. (*)

Editor : Yusuf Arifai

Leave a Comment