MAHADALYALTARMASI, PACITAN – Pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas, Pacitan, Jawa Timur, KH Hammad Harits Dimyathi membeberkan ilmu yang dimiliki manusia hanyalah setetes jika dibanding dengan luasnya samudera.
Hal itu dikatakan sebelum memimpin mujahadah dalam rangka memperingati hari lahir Ma’had Aly Al-Tarmasi yang ke 15 di halaman kampus, Kamis (12/1/2023) malam.
“Ilmu yang dimiliki manusia walaupun dia sangat alim, ulama sehebat apapun, ilmu manusia hanya setetes air ditengah samudra. Teknologi hari ini sudah bisa sampai ke bulan,” tuturnya.
Dengan satu tetes ilmu tadi, lanjut KH Hammad, manusia sudah bisa membikin kereta api, bisa membuat pesawat, komputer, gedung pencakar langit.
“Kalau kita bisa merasakan itu, saya yakin kita akan menangis. Dihadapan Allah SWT kita bukan apa-apa. Ini buat renungan,” imbuhnya.
Lebih lanjut KH Hammad bercerita, bahwa KH Umar Syahid atau yang dikenal Mbah Umar Tumbu pernah menyampaikan, jika KH Harits Dimyathi merupakan ulama alim kitab, sedangkan KH Habib Dimyathi adalah ulama ahli bergaul (sosial).
“Banyak hari ini orang yang ilmunya baru seperti padi dibagi seratus sudah merasa hebat, orang yang baru mengislamkan satu orang seluruh Indonesia diberitahu, sementara KH Umar Syahid mengislamkan lebih dari lima ribu manusia tidak ada yang tau sama sekali. Karena KH Umar Syahid terhadap hal-hal demikian merasa tidak penting untuk diketahui masyarakat,” jelasnya.
Kisah Imam Bukhari Rela Tinggalkan Harta Demi Ilmu
KH Hammad kemudian kembali menceritakan, Imam Bukhari yang sangat hebat berasal dari Uni Soviet Uzbekistan. Meski terlahir dari keluarga kaya raya, namun rela meninggalkan tanah yang dicintainya untuk mengembara.
Imam Bukhari saat masih kecil dibawa ibunya ke Yatsrib (Madinah). Ketika ibu Imam Bukhari ditanya banyak orang, kenapa anda hidup di sebuah negara yang sudah makmur dan hebat, sedangkan anda mengembara menuju ke tanah tandus menuju daerah yang sedemikian jauh dari teknologi?
Lantas sang Ibu menjawab. “Biarkan anakku ini dekat dengan manusia terbaik (Rasulullah SAW),”
Sang Ibu selalu meyakini, kepindahannya dari tempat tinggalnya ke Madinah hanya untuk mendekatkan diri dan semata-mata mencari keberkahan dari Rasulullah SAW. Dengan demikian, Imam Bukhari memang sudah ditanamkan sejak kecil rasa kecintaan kepada sang Rasul.
“Meskipun manusia terbaik itu sudah tidak ada dipermukaan bumi, maka ketika sang anak dekat dengan orang hebat, selalu bermain di dekat orang hebat, maka maka suatu saat anak saya akan menjadi orang yang hebat,” kata KH Hammad Harits mengutip cerita tentang Imam Bukhari. (*)
Penulis: Muhdori Ahmad
Editor : Yusuf Arifai